Rabu, 23 September 2009

tambahan

Misteri “Teroris Import” Ali Muhammad
Pada 18 Agustus 2009, Polisi menahan Ali Muhammad, warga negara asing, yang diduga ikut terlibat dalam menyediakan dana untuk membiayai aksi pemboman 17 Juli 2009 di JW Marriott dan Ritz Carlton [1].
Ali Muhammad disebut sebagai warga negara Arab Saudi. Namun, Duta Besar Arab Saudi di Jakarta, Abdul Rahman Al Hayyat membantah tersangka teroris yang ditangkap Tim Densus 88 itu adalah warga negaranya[2].
Polisi menduga Ali Muhammad adalah anggota Al Qaeda. Namun, hingga kini polisi belum bisa memastikan hal itu. Dilaporkan juga bahwa polisi kesulitan mencari tahu siapa sebenarnya Ali Muhammad. Menurut Mardigu, psikolog hipnoterapis yang kerap dimintakan bantuan oleh Polisi, Ali memiliki defence yang bagus seolah-olah dia sudah menyiapkan skenario jika ditangkap [3].
Dalam jejak rekam Al Qaeda, nama “Ali Muhammad” merujuk kepada “asisten” Osama bin Laden. Menurut Lary Johnson, bekas deputi kepala counter-terrorism di Departemen Luar Negeri AS, Ali Muhammad adalah seorang militan yang memenuhi profil seorang “agen ganda” [4].
Dia berkebangsaan Mesir dan seorang mayor di angkatan darat Mesir tetapi pada 1980-an menjadi warga negara AS setelah menikahi perempuan AS dari Santa Clara, California . Tak lama setelah itu, ia masuk angkatan darat AS dan ditempatkan di unit khusus Special Warfare Center di Fort Bragg, North Carolina sebagai instruktur. Murid-muridnya banyak yang bertugas pada Special Activities Division CIA [5].
Selama perang Afghanistan, Ali Muhammad melatih pejuang mujahidin di perbatasan Afghan-Pakistan. Bahkan Agen Khusus FBI Jack Cloonan menyebutnya sebagai “bin Laden’s first trainer” [6].
Pada 1998 Ali Muhammad ditahan dalam kaitan dengan pemboman kedubes AS di Nairobi dan Tanzania. Pada tahun 2000, dia dinyatakan bersalah. Namun, tidak pernah ada laporan tentang hukumannya. Bahkan Federal Departement of Prisons Inmate tidak memiliki catatan narapidana bernama Ali Muhammad. Seorang jurnalis AS, Patrick Briley pernah menulis laporan bahwa Ali Muhammad sudah dibebaskan atas perintah langsung Departemen Kehakiman pemerintahan Bush di bawah Alberto Gonzales.
Jika benar bahwa “Ali Muhammad” yang ditangkap Densus 88 adalah “Ali Muhammad” yang banyak disebut-sebut itu, maka ia adalah sumber informasi penting untuk mengungkap jaringan terorisme internasional di Indonesia. Siapa pun dia sebenarnya, polisi harus memastikan Ali Muhammad diadili di Indonesia agar jelas apa peran dan kesalahannya dalam aksi pemboman itu. Jangan sampai kasus kontroversial Umar Al Farouq terulang kembali.

Tidak ada komentar: