Rabu, 23 September 2009

tambahan

Misteri “Teroris Import” Ali Muhammad
Pada 18 Agustus 2009, Polisi menahan Ali Muhammad, warga negara asing, yang diduga ikut terlibat dalam menyediakan dana untuk membiayai aksi pemboman 17 Juli 2009 di JW Marriott dan Ritz Carlton [1].
Ali Muhammad disebut sebagai warga negara Arab Saudi. Namun, Duta Besar Arab Saudi di Jakarta, Abdul Rahman Al Hayyat membantah tersangka teroris yang ditangkap Tim Densus 88 itu adalah warga negaranya[2].
Polisi menduga Ali Muhammad adalah anggota Al Qaeda. Namun, hingga kini polisi belum bisa memastikan hal itu. Dilaporkan juga bahwa polisi kesulitan mencari tahu siapa sebenarnya Ali Muhammad. Menurut Mardigu, psikolog hipnoterapis yang kerap dimintakan bantuan oleh Polisi, Ali memiliki defence yang bagus seolah-olah dia sudah menyiapkan skenario jika ditangkap [3].
Dalam jejak rekam Al Qaeda, nama “Ali Muhammad” merujuk kepada “asisten” Osama bin Laden. Menurut Lary Johnson, bekas deputi kepala counter-terrorism di Departemen Luar Negeri AS, Ali Muhammad adalah seorang militan yang memenuhi profil seorang “agen ganda” [4].
Dia berkebangsaan Mesir dan seorang mayor di angkatan darat Mesir tetapi pada 1980-an menjadi warga negara AS setelah menikahi perempuan AS dari Santa Clara, California . Tak lama setelah itu, ia masuk angkatan darat AS dan ditempatkan di unit khusus Special Warfare Center di Fort Bragg, North Carolina sebagai instruktur. Murid-muridnya banyak yang bertugas pada Special Activities Division CIA [5].
Selama perang Afghanistan, Ali Muhammad melatih pejuang mujahidin di perbatasan Afghan-Pakistan. Bahkan Agen Khusus FBI Jack Cloonan menyebutnya sebagai “bin Laden’s first trainer” [6].
Pada 1998 Ali Muhammad ditahan dalam kaitan dengan pemboman kedubes AS di Nairobi dan Tanzania. Pada tahun 2000, dia dinyatakan bersalah. Namun, tidak pernah ada laporan tentang hukumannya. Bahkan Federal Departement of Prisons Inmate tidak memiliki catatan narapidana bernama Ali Muhammad. Seorang jurnalis AS, Patrick Briley pernah menulis laporan bahwa Ali Muhammad sudah dibebaskan atas perintah langsung Departemen Kehakiman pemerintahan Bush di bawah Alberto Gonzales.
Jika benar bahwa “Ali Muhammad” yang ditangkap Densus 88 adalah “Ali Muhammad” yang banyak disebut-sebut itu, maka ia adalah sumber informasi penting untuk mengungkap jaringan terorisme internasional di Indonesia. Siapa pun dia sebenarnya, polisi harus memastikan Ali Muhammad diadili di Indonesia agar jelas apa peran dan kesalahannya dalam aksi pemboman itu. Jangan sampai kasus kontroversial Umar Al Farouq terulang kembali.

Selasa, 22 September 2009

Ali Muhammad berkebangsaan Mesir dan seorang mayor di angkatan darat Mesir tetapi pada 1980-an menjadi warga negara AS setelah menikahi perempuan AS dari Santa Clara, California . Tak lama setelah itu, ia masuk angkatan darat AS dan ditempatkan di unit khusus Special Warfare Center di Fort Bragg, North Carolina sebagai instruktur. Murid-muridnya banyak yang bertugas pada Special Activities Division CIA [5].

Pada 1998 Ali Muhammad ditahan dalam kaitan dengan pemboman kedubes AS di Nairobi dan Tanzania. Pada tahun 2000, dia dinyatakan bersalah. Namun, tidak pernah ada laporan tentang hukumannya. Bahkan Federal Departement of Prisons Inmate tidak memiliki catatan narapidana bernama Ali Muhammad. Seorang jurnalis AS, Patrick Briley pernah menulis laporan bahwa Ali Muhammad sudah dibebaskan atas perintah langsung Departemen Kehakiman pemerintahan Bush di bawah Alberto Gonzales.
Sumber: http://muhsinlabib.wordpress.com/200...-ali-muhammad/

[QUOTE=simbah45;116460487]Sampai saat ini polisi masih merahasiakan ke publik tentang identitas Al Khaelaiw Ali Abdullah alias Al Khalil Ali alias Ali Muhammad yang beberapa mingu lalu telah ditetapkan menjadi tersangka aliran dana teroris di Indonesia.
Dari penulusuran, ternyata Ali Muhammad ini adalah agen Amerika. Itu terbukti dengan adanya pasport dia berasal dari Amerika. Dan menurut bukti juga bahwa dia pernah menjadi warga negara Amerika setelah menikah dengan orang Amerika, dan bergabung dengan satuan militer Amerika(sumbr: [url]http://id.news.yahoo.com/dtik/20090831/tpl-kapolri-didesak-jelaskan-identitas-a-51911aa.html[/url] ),
[COLOR="Red"][SIZE="4"]So, Polisi Indonesia sampai sekarang tidak mau mengungkap identitasnya serta mengumumkannya ke publik karena Ali Muhammad merupakan agen kiriman dari Amerika.Dan jika polisi sampai berani mengungkapkan maka "borok" Amerika sebagai pengirim agen2 rahasia "pencipta" teroris akan semakin kelihatan

Sabtu, 12 September 2009

waspada

WASPADA !!!



Al-Qur'an Palsu buatan Amerika
Jangan abaikan ini, sebarkan ke semua muslim

http://www.islam-exposed.org/

----------------------------------------------------------------------------------------------------------


Al-Quran baru buatan amerika, berbahaya dan sedang didistribusikan di kuwait ,
berjudul "The True Furqan" isinya bertentangan sekali. Dibuat oleh 2
perusahaan percetakan ;'Omega 2001'dan 'Wine Press'. Judul lain
buku ini 'The 21st Century Quran'! berisi lebih dari 366 halaman baik bahasa
Arab dan Inggris, sekarang kabarnya didistribusikan kepada
anak2/generasi muda di Kuwait di sekolah2 berbahasa Inggris disana.
Bukunya sendiri memuat 77 surah, termasuk Alfatihah, Al-Jana and
Al-Injil.



Semuanya dimulai dengan sebuah versi panjang gabungan
kepercayaan Kristen tentang tiga tuhan.

Dan banyak sekali bertentangan dengan berbagai kepercayaan dalam Islam, seperti mempunyai
lebih satu istri dianggap perbuatan Zina, perceraian itu dilarang, dikatakan juga bahwa Jihad adalah HARAM.

Buku yang sangat menyesatkan. Jadi tolong sampaikan kepada semua muslim
sedapat kita tentang pemberitaan ini semoga Allah melindungi kita semua
dari orang2 Kafir yang jahat, mendustakan Agama Allah SWT

kalau mau lihat isinya silahkan kunjungi situs ini http://www.islam-exposed.org/furqan/contents.html ato http://www.truth-in-crisis.com/TheTrueFurqan.htm

al qur an palsu

Hati-hati Al-Qur’an Palsu !!!

Berbagai cara ditempuh oleh kaum kuffar untuk memurtadkan umat Islam. Al-Qur’an, kitab suci dan pedoman hidup umat Islam jadi komoditi pemurtadan.

Al-Qur`an Imitasi
Seorang pastor evangelis Amerika yang mengaku kelahiran Palestina, mengarang Al-Qur’an imitasi bernama “Al-Furqanul-Haqq” (The True Furqan), yang diterbitkan oleh lembaga yang menyebut dirinya Komite Eksekutif Proyek Omega 2001. Pastor yang bernama asli Dr.Anis A. Shorrosh itu memakai nama samaran Al-Safee dan Al-Mahdi dalam kitab ini. Al-Qur’an tiruan pendeta ini sontak menggegerkan umat karena disebarkan ke internet. Bahkan edisi cetaknya beredar sampai ke Jawa Timur sejak akhir April 2002 di kantong-kantong Muslim seperti Jombang, Bangil, dan Madura. Isinya berupa tiruan terhadap surat dalam al-Quran. Kitab setebal 368 halaman dengan sampul depan warna hijau bertuliskan kaligrafi Arab warna emas ini memuat beberapa nama surat, di antaranya: surat Al-Iman, At-Tajassud, Al-Muslimun, dan Al-Washaya. Semua isinya memuji-muji Yesus. Gaya penyajian dan pilihan bahasa Arab klasik yang dipakai dalam Qur’an palsu ini, agak mirip gaya bahasa Al-Qur’an. Bagi orang yang tidak memahami seluk-beluk bahasa Arab secara mendalam, bisa terkecoh, mengira The True Furqan sebagai Al-Qur’an. Sebab kata “Al-Furqan” sendiri sinonim dengan kata “Al-Qur’an.” Tujuan penyebaran Al-Furqanul-Haqq ke tengah-tengah masyarakat Muslim ini jelas terbaca, yaitu untuk menanamkan keraguan umat Islam terhadap kitab suci Al-Qur’an. Targetnya, agar umat Islam memandang Al-Qur’an sebagai kitab yang sudah menyimpang. Otentisitas Al-Qur’an memang tidak bisa diganggu gugat, karena Allah sendiri yang menjamin keasliannya.
Allah menyatakan dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya Kami menurunkan adz-Dzikr (Al-Qur`an) ini dan sungguh Kamilah Penjaganya” (Al-Hijr 9). Imam Ibnu Katsir menyatakan, makna ayat di atas adalah bahwa Allah SWT menjadi penjaga Al-Qur’an dari perubahan atau pergantian (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhîm, II, hlm. 666). Karenanya, secara i’tiqadi, Al-Qur’an senantiasa terjaga dari perubahan, penggantian, perombakan, atau peniruan apapun. Semuanya dijamin oleh Allah SWT. Meski demikian, bukan berarti upaya kaum kuffar untuk memanipulasi dan menggerogoti Al-Qur’an berhenti. Maka mereka menempuh untuk mengaburkan keyakinan umat Islam terhadap Al-Qur’an. Mereka inginkan agar umat Islam tidak meyakini Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, karena bisa ditandingi dengan Al-Qur’an tiruan yang bernama Al-Furqaul-Haqq (The True Furqan).

Pelesetan Al-Qur`an untuk Misi
Selain ada Al-Qur’an palsu, bertebaran pula buku-buku plesetan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits. Ayat-ayat suci ini dikutip sepotong-sepotong lalu dirakit sehingga tersimpulkan seolah-olah tuhan dan juru selamat manusia adalah Nabi Isa alias Yesus Kristus. Bentuk pelesetan ini dipublikasikan dalam buku-buku dan brosur. Buku-buku pelesetan Al-Qur’an yang sudah beredar antara lain :
- Keselamatan di dalam Islam,
- Ayat-ayat Penting di dalam Islam,
- As-Shodiqul Masduq (Kebenaran Yang Benar),
- As-Sirrullahil-Akbar (Rahasia Allah Yang Paling Besar),
- Selamat Natal Menurut Al-Qur’an,
- Telah Kutemukan Rahasia Allah Yang Paling Besar,
- Ya Allah Ya Ruhul Qudus,
- Aku Selamat Dunia dan Akhirat,
- Wahyu Tentang Neraka,
- Wahyu Keselamatan Allah, dan lain-lain.

Buku-buku pelesetan karya Poernama Winangun :
- “Upacara Ibadah Haji”,
- “Ayat-ayat Al-Qur’an Yang Menyelamatkan”,
- “Isa Alaihis Salam Dalam Pandangan Islam”,
- “Siapa kah Yang Bernama Allah” dan
- “Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad saw”.

Contoh brosur pelesetan :
- brosur Dakwah Ukhuwah,
- brosur Shirathal Mustaqim dan
- brosur Al-Barakah.
Judulnya antara lain :
- Rahasia Jalan ke Surga,
- Allahu Akbar Maulid Nabi Isa as,
- Kesaksian Al-Qur’an tentang Keabsahan Taurat dan Injil,
dan lain-lain.

Isi buku dan brosur pelesetan rata-rata sama, yaitu mengutip dan mencomot Al-Qur’an dan Hadits yang diramu dan dicocok-cocokkan tanpa mengindahkan kaidah tafsir, untuk mendukung doktrin kristiani bahwa Nabi Isa (Yesus) adalah Tuhan dan Juruselamat penebus dosa manusia.

Al-Qur`an Bergambar Yesus
Al-Qur’an bercover Yesus terungkap di SLTP 1 Pakan Kamis, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pagi itu, Kamis (17/5), di ruang kelas I-1 ada dua siswa tampil ke depan hendak membacakan ayat suci Al-Qur’an, namun batal. Ketika salah seorang dari mereka dengan siku tangannya tanpa sengaja menggeser Al-Qur’an, kitab suci itu terjatuh. Secepatnya ia menangkap, meski hanya dapat cover-nya. Sementara saat, Al-Qur’annya terjatuh. Para siswa kaget. Bukan karena Al-Qur’an itu jatuh, tetapi lebih pada pemandangan yang mereka lihat di pelapis dalam cover tebal. Di sana, tertempel kertas bertuliskan huruf-huruf Latin, antara lain, “Yesus Kristus” yang kemudian diikuti sejumlah kalimat lain. Pada bagian lain terbaca pula kata-kata “Bunda Mariah, domba gembala, gereja” serta bait-bait lagu gereja. Karena kertas itu dilem ke cover Al-Qur`an, sehingga ketika dibuka, kata-kata yang ada di sana ikut tercopot sehingga tidak terbaca semuanya.
Spontan, para siswa pun berteriak. Irmawati, seorang guru agama, sebelumnya mengaku tak percaya. Setelah melihat Al-Qur’an yang terjatuh ada tulisan tersebut, barulah ia mempercayainya. “Saya sangat kaget,” katanya. Ia langsung mengadukan itu kepada kepala sekolah. Irmawati juga mengaku memiliki Al-Qur’an sejenis yang di belakang covernya ada kata-kata Yesus, Budha, Wihara, dan entah apa lagi. Kasus itu pun dibawa ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian diteruskan ke kepolisian.
Kata-kata Yesus Kristus dengan huruf Latin ini dibuat pada sampul dalam Al-Qur’an. Persisnya di tulang tempat helai demi helai Al-Qur’an dilem dan dijahitkan. Kalau kulit Al-Qur’an tidak dicopot, maka tulisan Yesus Kristus dan sejumlah bait lagu-lagu gereja yang ditulis di situ tidak akan pernah diketahui. Kepsek Jufrialdi mengatakan pada akhir Februari 2004, ia bertemu dengan tokoh masyarakat Tilatang Kamang, Buya Haji Usman Husen. Karena Usman orang ternama, apalagi ia ketua Golkar Kabupaten Agam serta anggota DPRD Sumbar, maka Jufrialdi meminta agar sekolahnya dibantu pengadaan Al-Qur’an dan mukena.
Pada 3 Maret 2004, di saat-saat kampanye legislatif, orang suruhan Usman, Linda, membeli 200 buah Al-Qur’an di Toko Asria di Pasar Aur Kuning, Bukittinggi. Karena jumlahnya banyak, Kepsek Jufrialdi berinisiatif membagikan ke sekolah-sekolah lain. Sebanyak 60 buah Al-Qur’an tinggal di SLTP 1, sisanya, sebanyak 20 buah diberikan ke SLTP 2, 10 untuk SLTP 3, 10 untuk SLTP 4, dan 20 untuk SLTP 5, serta sisanya untuk SMA I yang semuanya berada di Kecamatan Tilatang Kamang. Kapolresta Bukittinggi, AKBP M Zaini, mengatakan pihaknya kini sedang melakukan penyidikan secara khusus atas kasus tersebut. “Saya tidak mau gegabah, nanti malah salah kaprah,” katanya. Sejumlah saksi telah diperiksa, termasuk pemilik toko yang menjual Al-Qur`an itu. Sementara, toko-toko lainnya tidak menjual Al-Qur`an sejenis. Kakanwil Depag Sumbar Dalimi Abdullah menyatakan pihaknya telah membawa surat dan dua Al-Qur’an itu ke Menteri Agama. Sedangkan Ketua MUI Sumbar, Nasrun Haroen, menegaskan masih mencari informasi lebih dalam atas masalah itu. Salah seorang Ketua MUI Sumbar, Buya Mas’oed Abidin, menyatakan pemerintah harus bertindak, sebab kalau diam, rakyat akan marah. “Ini tidak bisa dikatakan sebagai sebuah kelalaian, mungkin di dalamnya ada unsur kesengajaan dan ini pelecehan terhadap Islam,” tegasnya.
Tokoh masyarakat Tilatang Kamang, Usman Hoesen, yang menyumbangkan Al-Qur’an itu menyatakan yang bermasalah dari Al-Qur`an itu adalah kulitnya (cover-nya), bukan ayat-ayat di dalamnya. Al-Qur`an yang “disusupi” itu, katanya, berkulit merah. Dari 200 buah yang dibeli, ada 141 buah yang “disusupi” kata-kata Yesus Kristus, sementara sisanya bersih. Yang disusupi itu merupakan Al-Qur’an keluaran tahun 1994 yang dicetak Percetakan Madu Jaya Makbul Surabaya. Sementara yang bersih dicetak PT Tanjung Emas Inti Semarang. Di Mapolres saat ini ada 60 buah Al-Qur`an yang diambil dari SLTP I, lainnya masih di kecamatan.

Sementara itu, di Jakarta beredar buku putih berjudul Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Buku putih setebal 73 halaman ini jelas diluncurkan missionaris untuk menggoyang akidah umat Islam. Seluruh bagian dalam buku dari cover depan sampai penutupnya sarat dengan penghujatan ajaran Islam manipulasi sejarah dan pemutarbalikan ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Sampul depan, di atas judul “Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits” dipampang kaligrafi surat Az Zukhruf 61 “wattabi’uuni haadzaa shiraatum mustaqiim” (ikutilah aku, inilah jalan yang lurus). Di bawah ayat ini, dipajang gambar Yesus sedang berdiri menginjak-injak kitab suci. Penginjil yang menamakan dirinya (nama alias) Abd.Yadi, hanya berani berbuat, tidak mau bertanggung jawab. Karena dalam buku putihnya, dia tidak berani mencantumkan nama aslinya, nama penerbit dan alamat jelasnya. Seharusnya, jika dia meyakini kebenaran tulisannya, dia harus bersikap gentleman dan jangan main lempar batu sembunyi tangan.

Tugas Pemimpin (Imam) Negara
Dari rangkaian penodaan terhadap Al-Qur’an yang dilakukan oleh para misionaris tadi, tampak bahwa dibuatnya tiruan Al-Qur’an, pengutipan ayat pada cover buku Kristen, serta pelesetan ayat untuk misi tersebut merupakan satu kesatuan mata rantai untuk menghancurkan tegaknya Islam di muka bumi. Karena itu, sudah selayaknya kaum Muslim menyadari bahwa upaya untuk menghadang tegaknya Islam dan upaya mengembalikan mereka kepada kekufuran terus berlangsung hingga detik ini. Selain itu, upaya ‘halus’ memurtadkan kaum Muslim dengan cara memalsukan dan me lecehkan Al-Qur`an merupakan kemungkaran. Untuk menghadapi kemungkaran itu, Rasulullah SAW menyatakan:
“Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka ubahlah dengan kekuatan; jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisan; dan jika tidak mampu maka ubahlah dengan hati (tidak setuju dengan kemungkaran tersebut). Itu adalah selemah-lemahnya iman” (HR Ashabus-Sunan). Hadits itu berlaku umum bagi siapapun. Namun, sebenarnya dalam syariat Islam, yang pertama kali harus bertanggungjawab atas persoalan ini adalah penguasa. Rasulullah saw. menegaskan: “Pemimpin (Imam) itu adalah penggembala, dan dialah yang bertanggungjawab atas rakyat yang digembalakannya.” Dalam hadits ini jelas bahwa penguasalah yang wajib memelihara dan menjaga rakyatnya dalam segala hal, termasuk dalam hal akidahnya.

http://swaramuslim.net/ISLAMKRISTEN/more.php?id=1962_0_7_9_M

Melepaskan Belenggu Kebiasaan: Salah Satu Tujuan Puasa

Al-Hajjaj bin Yusuf (661-714 M), salah seorang pemimpin perang kenamaan Dinasti Umayyah yang melempar Ka’bah dengan manjaniq (meriam-meriam batu), pada suatu hari yang terik meminta kepada pengawalnya agar mengajak seorang “tamu” bersantap siang dengannya. Seorang penggembala yang tinggal di pegunungan menjadi tamunya dan terjadilah dialog berikut :

“Mari kita makan bersama,” ajak Al-Hajjaj. “Aku telah diundang oleh yang lebih mulia dari tuan dan telah kupenuhi undangan itu,” kata si penggembala.
“Siapakah gerangan yang mengundangmu?”. “Tuhan seru sekalian alam, hari ini aku berpuasa.” “Apakah Anda berpuasa pada hari yang terik menyengat ini?”
“Ya. Aku bahkan berpuasa pada hari-hari yang lebih terik.”
“Ayolah kita makan bersama dan besok Anda dapat berpuasa.”
“Apabila kau berbuka hari ini, apakah tuan dapat menjamin usiaku berlanjut hing ga esok sehingga aku dapat berpuasa?” katanya seraya menyunggingkan senyum .
“Tentu saja tidak.” “kalau demikian mengapa tuan meminta sesuatu pada hari ini dan menjanjikan untuk memberikan pada hari esok, sedangkan hari esok bukan berada di tangan tuan?”. Setelah berpikir sejenak, Al-Hajjaj mengajak lagi, ” Ayolah kawan, makanlah bersamaku, makanan yang dihidangkan sungguh lezat.”
Sambil berdiri untuk meninggalkan Al-Hajjaj, si penggembala menolaknya lagi, “Demi Tuhan, yang melezatkannya bukan juru masak tuan, bukan pula jenis makanannya, yang melezakannya adalah afiat (kesehatan ruhani dan jasmani).”

Dialog diatas mengambarkan sebagian dari hasil yang diperoleh seseorang yang berpuasa, yaitu berupa kemampuan untuk mengendalikan diri, menahan rayuan, serta kesadaran akan kehadiran Tuhan pada setiap saat. Manusia tercipta dari Ruh Ilahi dan debu tanah. Potensi dan daya manusia betapapun dinilai hebat , namun terbatas sehingga apabila perhatian dan kegiatannya telah tertuju secara berlebihan ke satu arah – ke arah debu tanah, misalnya – maka akibat keterbatasan dan pemunahan secara berlebihan tersebut, ia tidak memeiliki daya lagi yang cukup untuk digunakan bagi kegiatan dalam bidang-bidang penalaran dan kejiwaan. Dari sisi lain, kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaannya. Apabila ia telah terbiasa dengan pemenuhan kebutuhan ‘faali’-nya secara berlebihan, maka, walaupun ia masih memiliki sisa daya, ia akan mengalami kesulitan yang tidak sedikit guna mengarahkan sisa daya tersebut kedalam hal-hal yang tidak sejalan dengan kebiasaannya. Dengan demikian, membebaskan manusia dari belenggu kebiasaan dan keterikatan kepadanya, merupakan suatu hal yang mutlak dan hal ini merupakan salah satu tujuan dari puasa, baik dalam kebiasaan makan, minum – dengan kadar dan jam-jam tertentu – maupun dalam kebiasaan jam-jam tidur, bangun bekerja, dan sebagainya.

(sumber : “Lentera Hati”, Kisah dan Hikmah Kehidupan”, M. Quraish Shihab, Penerbin Mizan, Maret 1995).

http://www.myquran.com/mutiarakalbu/phqs006.htm

note : artikel di atas telah dimuat dalam Labbaik edisi no.008/th.01/Syawwal – DzulQoidah 1425H/2005M

Selasa, 17 Maret 2009

Intelejen dan Islam Radikal

Intelejen dan Islam Radikal

oleh : He-Man*


Setelah Soeharto memperoleh kekuasaan ia dihadapkan padakondisi ideologi Nasakom hasil binaan rezim lama masih kuat dan masih dianggap sebagai sebuah ancaman besar bagi rezim Karena itulah rezim orba kemudian mengeluarkan kebijakan ideologis untuk menanganinya. Kebijakan ideologis dan politis pada masa awal orba yang di tempuh adalah menghancurkan kaum komunis, menekan kaum nasionalis, dan mencegah naiknya kekuatan islam.

Setelah kekuatan komunis ditumpas habis, maka kekuatan kaum nasionalis seperti PNI dilumpuhkan dengan menempatkan Hadisubeno menyingkirkan Hardi yang kritis pada pemerintah. Motor utama untuk melaksanakan kebijakan ideologis orba ini diserahkan kepada aparat intelejen

Dan setelah berhasil menuntaskan kebijakan terhadap kaum komunis dan nasionalis. Maka target selanjutnya diarahkan pada kelompok Islam. Kebijakan terhadap kelompok Islam terbilang unik dibandingkan dengan kebijakan terhadap kelompok komunis dan nasionalis. Walaupun tergabung dalam Nasakom tapi kelompok Islam memiliki peran dan jasa besar dalam menghancurkan kekuatan komunis dan meruntuhkan rezim Soekarno selain karena kenyataan bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah penganut agama Islam.

Karena itu pemerintah memilih jalan yang lebih hati-hati untuk menghadapi kekuatan islam ini. Untuk mencegah naiknya kekuatan Islam maka pemerintah harus memiliki alasan dulu untuk menekankannya.Dan kemudian intelejen sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk melaksanakan ini kemudian memilih untuk menggunakan tangan kaum radikal Islam.

Kelompok radikal walaupun memang berbahaya tapi justru membuatnya menjadi sangat mudah dikendalikan. Psikologi kaum radikal adalah psikologi orang marah, seperti yang diketahui orang marah sangat kehilangan daya nalar kritis dan akal sehatnya, sehingga bila mereka liar akan sangat tidak terkontrol sebaliknya juga mereka menjadi sangat mudah dihasut dan dibohongi sehingga menjadikannya sebagai pion yang sangat ideal karena akan mengikuti apa saja kemauan penyuruhnya sekaligus bisa dikorbankan dengan sangat mudah.

Dan inilah yang disadari oleh Ali Moertopo sehingga ia kemudian merekrut para mantan anggota DI/TII yang sedang dibina oleh Kodam Siliwangi. Aksinya ini ditolak oleh Kepala Bakin pada masa itu Jenderal Sutopo Juwono juga petinggi Bakin lainnya seperti Jendral Nicklany (yang kemudian akhirnya di dubeskan), akan tetapi Ali Moertopo tetap pada pendiriannya dengan tetap membawa para mantan DI/TII ini ke Jakarta.


Beberapa pentolan DI/TII yang dibawa antara lain putra dari Kartosuwiryo yaitu Dodo Muhammad Darda dan Tahmid Rahmad Basuki, juga Adah Djaelani Tirtapraja (Ma'had Al Zaitun), Rahmat Basuki (tersangka pengeboman BCA), Amir Fatah, H Ismail Pranoto (Komando Jihad), Danu Muhammad Hasan, Helmy Aminuddin (Gerakan Tarbiyah) dll.


Tebar, Pancing dan Jaring

Karena tidak memperoleh dukungan dari para petinggi Bakin, Ali Moertopo pun membawa para mantan DI/TII ini dibawah pembinaan Opsus. Mereka kemudian mendapatkan fasilitas dan dukungan finansial yang sangat besar sehingga menimbulkan kemarahan sejumlah perwira ABRI pada masa itu terutama dari kalangan Siliwangi yang merasa berjasa menangkap mereka dengan susah payah bahkan bertaruh dengan nyawa.

Tapi berkat kedekatan Ali Moertopo pada Soeharto pada masa itu maka protes-protes itu berhasil diredam. Sejumlah perwira yang menentang proyek itu pun dengan segera dimutasi dan disingkirkan.

Ali Moertopo kemudian membina mereka dengan pelatihan-pelatihan intelejen, seperti pembentukan jaringan, teknik perekrutan anggota, penyamaran, pembuatan propaganda, operasi cuci otak, teknik teror dan intimidasi dan lain sebagainya (ini yang menjelaskan kenapa kelompok radikal sangat ahli dalam melakukan ini semua).

Setelah dibina mereka pun diterjunkan ke tengah masyarakat untuk menerapkan ilmunya. Dan peritiwa-peristiwa teror pun terjadi, pemboman BCA, penyerbuan kantor polisi di Cicendo, Wolya, Lampung, Borobudur dll, dimana semua peristiwa ini dilakukan oleh para mantan DI/TII binaan opsus.

Dan aparat pun menangkapi mereka lagi bahkan sebagiannya juga dikorbankan dan dibunuh. Tapi setelah tertangkap mereka kemudian dilepas lagi untuk melakukan aksi-aksi lainnya. Berkat peristiwa-peristiwa itu pemerintah mendapat legimitasi untuk menekan kelompok-kelompok Islam. Sejumlah aktivis masjid di Bandung ditangkapi bahkan organisasi remaja masjid di masjid Istiqamah yang pada waktu itu menjadi "Mekkah" nya aktivis muda islam pun dibubarkan dengan tuduhan terlibat peristiwa Cicendo dan Wolya yang dilakukan oleh jamaah Imron yang diprovokasi oleh Najamuddin seorang anggota intelejen binaan Bakin dari Batalyon Artileri Medan, sejumlah kyai NU di Jawa Timur ditangkapi bahkan dilenyapkan dengan tuduhan terlibat Komando Jihad yang dikomandani oleh Haji Ismail Pranoto binaan Opsus. Keterlibatan intelejen dalam kasus-kasus tersebut semakin kentara ketika dalam kasus persidangan Danu Mohammad Hassan misalnya, ia mengaku sebagai orang Bakin. "Saya bukan pedagang atau petani, saya pembantu Bakin." (Lihat Tempo, 24 Desember 1983). Belakangan Danu mati secara misterius, tak lebih dari 24 jam setelah ia keluar penjara, dan konon ia mati diracun

Intelejen pun bergerak lebih jauh lagi untuk memprovokasi sejumlah kelompok melakukan perlawanan yang dengan segera ditumpas dengan kejam oleh militer. Peristiwa-peristiwa ini kemudian menjadi legimitasi bagi aparat untuk melakukan sensor dan pengawasan yang ketat pada aktivitas dakwah. Para da'i harus mempunyai surat izin untuk berceramah dan semua kegiatan dakwah harus dilaporkan dulu kepada aparat dengan alasan mencegah penyebaran paham radikal. Lalu pemerintah pun menetapkan kebijakan asas tunggal Pancasila dengan alasan untuk menekan penyebaran ideologi-ideologi yang menyimpang.

Sejumlah kelompok Islam yang menentang kebijakanini pun segera dibekukan, HMI kemudian terpecah menjadi dua dengan munculnya HMI MPO yang menolak asas tunggal, Pelajar Islam Indonesia (PII), BKPRMI dan beberapa ormas islam lain dibubarkan. Pemerintah juga mendirikan sejumlah organisasi islam baru pendukung asas tunggal yang rata-rata dibawah binaan Golkar. Dengan demikian semua kekuatan oposisi pemerintah dari kelompok Islam berhasil dilumpuhkan dengan metode tebar, pancing jaring hasil rekayasa Ali Moertopo.


Strategi Pecah Belah dan Kuasai

Paska turunnya L.B Moerdani strategi intelejen dalam menghadapi kekuatan Islam pun berubah. Teknik tebar, pancing, jaring ala Ali Moertopo mulai ditinggalkan karena justru malahan menambah instabilitas. Strategi yang kemudian dilakukan intelejen kemudian lebih soft bahkan dibuat seolah-olah pemerintah mendukung kekuatan Islam.

Pada masa itu gerakan-gerakan alternatif di luar ormas-ormas islam dan
kepemudaan islam mulai marak. Sejumlah organisasi remaja masjid tumbuh pesat di masjid-masjid raya juga masjid-masjid kampus. Sebagian kalangan aktivis muda mulai mengubah konsep dakwah mereka menjadi dakwah kultural dan berusaha membaurkan diri dengan masyarakat. Misal saja organisasi remaja masjid waktu itu aktif bergerak dengan sistim jemput bola pada remaja-remaja bermasalah seperti anggota gank motor, pecandu narkoba dll

Dan ini dianggap pemerintah sebagai sebuah ancaman baru. Salah satu point penting untuk menunjang kekuasaan rezim Soeharto adalah memastikan semua organisasi yang ada dan hidup di Indonesia berada dalam cengkraman dan kendali pemerintah. Bukan saja organisasi keagamaan atau politik tapi juga organisasi profesi seperti IDI atau organisasi para hobbies seperti RAPI pun dibawah kendali pemerintah dimana para pimpinannya tidak bisa naik kalau tidak mendapat 'restu' dari pemerintah.

Akan tetapi organisasi-organisasi remaja masjid juga majlis-majlis taklim yang tumbuh pada masa itu tidak demikian. Organisasi-organisasi itu bersifat independen dengan struktur organisasi yang cair. Akan tetapi pertumbuhan anggotanya sangat luar biasa.

Karena itulah semua organisasi dakwah "liar" itu harus segera dikontrol. Pendekatan awal pemerintah adalah berusaha menyatukan semua organisasi dakwah tersebut dalam sebuah organisasi atau perhimpunan formal dimana kemudian pemerintah bisa mengontrolnya melalui organisasi tersebut. Dan pemerintah pun merestui organisasi tersebut bahkan memfasilitasinya dengan menempatkan organisasi-organisasi tersebut untuk berkantor di masjid negara Istiqlal. Akan tetapi eksperimen ini gagal, para aktivis yang berusaha menjaga jarak dengan pemerintah menolak mengikuti gagasan tersebut.

Akan tetap intelejen kemudian memiliki pemikiran lain. Kekuatan dari kelompok-kelompok dakwah tersebut harus dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rezim, bagi kalangan intelejen bila tidak mampu menundukkan sebuah kekuatan/kelompok maka kekuatan/kelompok itu harus disusupi kemudian dimanfaatkan akan tetapi mereka harus dikebiri terlebih dahulu kekuatan untuk melumpuhkan potensi ancamannya. Kekuatan utama dari gerakan Islam pada dasarnya bukanlah pada banyaknya jumlah anggota mereka melainkan pada kedekatan mereka pada ummat dan ukhuwah mereka dengan kekuatan Islam yang lain. Dan dua aspek penting inilah yang menjadi target intelejen untuk dilumpuhkan. Kebijakan 'massa mengambang' adalah doktrin utama ideologi orba untuk mencegah sebuah kelompok terlalu dekat dengan masyarakat, semua kelompok harus berada dalam 'kotaknya' masing-masing.

Dan Bakin pun menugaskan Soeripto sebagai Ketua Tim Penanganan Masalah Khusus Kemahasiswaan DIKTI/Depdikbud pada tahun 1986-2000 dengan misi utama membentuk jaringan organisasi radikal Islam baru di kalangan remaja masjid dan gerakan kampus yang berada dibawah binaan dan pengawasan intelejen. Soeripto pria kelahiran 20 November 1936 ini merupakan kader Partai Sosialis Indonesia (PSI) dengan masuknya ia
dalam keanggotaan Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMSos) pada tahun 1957. Ia kemudian bergabung oleh Kodam Siliwangi sebagai kader militer Sukarela pada tahun 1967 dan dibawah pembinaan Kharis Shuhud. Soeripto kemudian menjadi kader intel binaan Pangkowilhan (Wijoyo Suyono, Soerono dan Wahono), dan secara struktur dibawah komando Yoga Sugama di Bakin yang waktu itu dipimpin Sutopo Juwono. Sempat menduduki jabatan sebagai Kepala Staff Bakin dan Sekretaris Lembaga Studi Strategis/Wanhankamnas dan menjadi utusan khusus Pemerintah RI untuk normalisasi hubungan dengan RRC pada tahun 1981. Saat ini Soeripto memegang jabatan di DPP Partai Keadilan Sejahtera dan menjadi anggota DPR-RI asal partai ini dari daerah pemilihan Sulawesi Selatan dengan nomor urut 1. Untuk menjalankan misinya Soeripto merekrut Helmy Aminuddin putra dari Danu Muhammad Hasan.

Helmi Aminuddin sebelumnya menjabat sebagai Mentri Luar Negri NII sebelum akhirnya ditangkap oleh Kopkamtib pada tahun 1980 dan ditahan tanpa pengadilan di Rumah Tahanan Militer di Cimanggis dan dibebaskan antara tahun 1983-1984. Pada masa itu ada rumus utama untuk menentukan aktivis binaan intelejen yaitu semua anggota ekstrim kanan yang dipenjarakan dan dibebaskan antara tahun 1970-1988 atau di masa kekuasaan Ali Moertopo dan L.B Moerdani dua jendral yang paling anti Islam dan gerakan Islam sudah pasti telah menjadi suruhan intel untuk menghancurkan gerakan Islam.

Selepasnya dari penjara Helmy Aminuddin yang saat ini menjabat sebagai Ketua Majlis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berada di bawah binaan Soeripto lalu kemudian dikirim ke Timur Tengah untuk mempelajari mengadopsi ajaran dan manhaj serta berhubungan langsung secara organisasional dengan gerakan Ikhwanul Muslimin faksi Qiyadah Syaikh Sa'id Hawwa pimpinan khwanul Muslimin cabang Suriah sekitar tahun 1985. Dimana sepulangnya dari sana dan dibawah dukungan Bakin di bawah komando Soeripto dibentuklah Jamaah Tarbiyah pada antara tahun 1987-1988 dengan doktrin utama dari pemikiran Sa'id Hawwa yang diterjemahkan menjadi beberapa seri buku Allah, Ar Rasul, Al Islam dan Jundullah dan diterbitkan oleh Al Ishlahy Press yang menjadi
bacaan wajib para kader inti gerakan.Helmy Aminuddin sendiri kemudian
menjadi Mursyid 'Aam Jama'ah Tarbiyah pada tahun 1991.

Dengan pembinaan dengan metode cuci otak maka secara instan kader-kader kelompok ini bisa dicetak dengan cepat. Untuk menunjang penyebaran ideologinya maka diterbitkanlah majalah Sabili pada tahun 1987 kemudian juga penerbitan Gema Insani Press yang menyebarluaskan paham radikal ini melalui media dan penerbitan buku-buku ideologis dengan harga yang sangat murah padahal dengan mutu cetakan yang cukup mewah karena mendapat subsidi. Majalah Sabili sendiri beredar secara luas walaupun tidak dilengkapi dengan SIUPP dan dijual dengan harga hanya 600 rupiah padahal dengan mutu kertas yang bagus plus nyaris tanpa iklan. Dan buku-buku terbitan GIP pada masa itu dijual dengan mulai harga 600-5500 rupiah saja (katalog tahun 1991) sehingga terjangkau oleh kantong pelajar dan mahasiswa bahkan akhirnya bersama penerbitan buku-buku sealiran yang lain, buku-buku harokah pun menggusur buku-buku islam yang lain.

Tujuan utama pembentukan kelompok ini oleh intelejen adalah menghancurkan dan melumpuhkan semua kelompok dakwah pemuda dan remaja masjid yang tidak berada dalam kontrol pemerintah lalu menyatukan semuanya dalam satu kelompok besar yang bisa dikendalikan aparat intelejen.Selain itu juga jama'ah tarbiyah juga diberi peran untuk memutus mata rantai hubungan kelompok-kelompok aktivis masjid dengan masyarakat juga dengan ormas islam lain.

Dan para aktivis dakwah masjid yang terbiasa dengan pola musyawarah dan penyeimbangan kekuatan tiba-tiba dikejutkan oleh aksi-aksi pengambil alihan khas intelejen dilakukan oleh aktivis jamaah tarbiyah seperti mobilisasi massa, black propaganda, penculikan aktivis, teror dan intimidasi dll seperti yang pernah terjadi di masjid Salman ITB pada tahun 1994 dimana kader-kader binaan intelejen yang dikenal dengan julukan "gerobak" singkatan dari Gerombolan Batak melakukan aksi pengambilalihan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.


Dan ketika berhasil mengambil alih kekuasaan kelompok ini kemudian langsung melakukan aksi-aksi pembersihan dan penyeragaman. Seluruh aktivis yang tidak mengikuti kelompok mereka disingkirkan. Semua aktivitas dakwah yang berhubungan dengan masyarakat luas dihentikan demikian juga semua bentuk hubungan dengan organisasi dakwah lain dibekukan. Aktivitas masjid hanya diarahkan untuk pembinaan internal demi mencetak sebanyak-banyaknya kader militan dan radikal di masjid.
Kelompok-kelompok diskusi dibubarkan dan metode pengkaderan digantikan dengan indoktrinisasi.

Semua aktivitas yang melibatkan partisipasi masyarakat luar dihentikan. Pembinaan pada kalangan luar masjid seperti kalangan remaja akhirnya menjadi hanya lembar sejarah lama. Hubungan silaturahmi dengan organisasi dakwah lain yang tidak 'sefikrah' dihentikan total.

Aktivis masjid pun seketika itu menjadi sebuah komunitas yang asing bagi masyarakat Isu-isu kemasyarakatan tidak lagi menjadi perhatian. Isu masalah jenggot pun menjadi sangat pentingnya sampai akhirnya menggusur isu mengenai kenakalan remaja, isu jilbab menjadi agenda yang menjadi prioritas utama mengalahkan isu penyalahgunaan narkoba.

Dalam hal hubungan dengan organisasi dakwah lain pun sontak mencapai titik terendah. Kajian jamaah tarbiyah yang disebarkan kepada anggotanya mengenai kelompok dakwah lain diarahkan untuk memberi citra negatif yang dipenuhi prasangka dan kecurigaan serta paham kebencian.

Maka dengan menggunakan tangan kelompok radikal akhirnya kekuatan aktivis masjid pun dilumpuhkan total. Dengan dilumpuhkannya kekuatan utama kelompok dakwah masjid ini maka aktivis dakwah masjid tidak lagi dianggap sebagai ancaman, maka tindakan represi terhadap kelompok ini pun dilonggarkan. Ketika sebuah masjid jatuh ke tangan radikal maka intelejen pun menghentikan operasi-operasi pengawasan yang ketat pada mereka. Itulah sebabnya aktivitas jama'ah tarbiyah tidak pernah mendapat gangguan dari aparat pada masa itu walaupun mereka menyebar paham radikal. Dengan dikuasainya masjid-masjid oleh kelompok radikal maka peristiwa pendudukan gedung DPR RI oleh gabungan massa dari berbagai ormas pemuda dan remaja islam seperti pada waktu penolakan RUU Perkawinan pun tidak perlu dikuatirkan lagi.

Ketaatan yang kuat di kalangan jama'ah tarbiyah dan kelompok radikal islam lainnya pada pucuk pimpinannya memudahkan pemerintah untuk mengawasi dan mengendalikan kelompok-kelompok ini, karena dengan cukup memegang kepalanya saja maka seluruh anggotanya akan tunduk dan patuh. Paham eksklusif kelompok radikal menjadi penentu sukses penggunaan metode "pecah belah dan kuasai" kelompok-kelompok Islam
dan memotong 'sayap' mereka sehingga tidak bisa lagi 'terbang' sehingga aktivis islam bagi pemerintah hanyalah sekelompok unggas saja.

Akan tetapi ada misi lain dari pembentukan kelompok radikal ini oleh intelejen. Yaitu sebagai media yang akan menyediakan "korban" dalam jumlah yang cukup besar. Operasi intelejen adalah operasi rahasia yang memerlukan bukan saja pengorbanan waktu, materi dan pikiran tapi juga nyawa. Para kader intelejen selalu merupakan kader terbaik di kesatuannya karena operasi intelejen hanya bisa dirancang dan dilaksanakan oleh personel-personel yang memiliki bukan saja kualitas teknik terbaik tapi juga bisa bersikap dan berpikir secara taktis dan strategis. Oleh karena itu terlalu mahal kalau harus mengorbankan kadernya sendiri. Maka intelejen pun selalu berusaha merekrut orang-orang di luar kalangannya untuk melakukan "pekerjaan kotor" mereka juga untuk "mencucikan baju kotor" mereka. Kalangan yang secara tradisional dimanfaatkan intelejen diantaranya para advonturir dan para tahanan dengan imbalan dan janji-janji tertentu. Inilah yang dilakukan sebelumnya pada para tahanan DI/TII yang diberi kebebasan, dana, pelatihan dan janji (yang seringkali bahkan selalu palsu) untuk mendukung perjuangan politik mereka.

Akan tetapi cara ini kemudian dianggap terlalu mahal dan "korban" yang tersedia terlalu sedikit sehingga dalam beberapa tahun saja atau beberapa kali operasi, orang yang dikorbankan menjadi tidak cukup. Dan berdasarkan pengalaman dalam sejumlah operasi intelejen dan kontra intelejen ke tubuh kelompok Islam maka ditemukan sesuatu hal yang menarik yaitu betapa bodohnya orang fanatik.

Dan orang fanatik pun menjadi korban yang paling sempurna untuk sebuah operasi intelejen. Para advonturir rata-rata selalu mencari keuntungan dalam menjalankan tugas dan mereka lebih dibutuhkan agar tetap hidup sebagai boneka atau tameng, sementara para mantan tahanan politik seringkali kadang bertindak diluar kontrol karena memiliki agenda tersendiri.

Syarat utama seorang pelaksana tugas lapangan intelejen adalah pertama mereka harus tau sesedikit mungkin bahkan lebih baik tidak tau sama sekali, yang kedua mereka bisa bahkan secara sukarela mau untuk dikorbankan nyawanya tanpa imbalan apapun. Karena bila ada sesuatu yang terjadi maka pihak intelejen bisa mencuci tangan dan sekaligus memiliki kambing hitam, bahkan seringkali dibutuhkan orang atau kelompok yang perlu dikorbankan nyawanya untuk menaikkan citra. Dan kaum fanatik menjadi kandidat paling sempurna. Mereka tidak dianggap terlalu berharga, terlalu bodoh dan tidak terlalu banyak bertanya, dan selalu rela mengorbankan diri dan nyawanya demi tujuan suci kelompoknya (yang bisa dengan mudah dibelokkan intelejen).

Atas alasan inilah pihak intelejen memfasilitasi dan mensponsori pembentukan kelompok radikal Islam ini dengan memafaatkan para mantan tahanan DI/TII yang merasa mereka memanfaatkan intelejen untuk mendukung cita-cita mereka. Para anggota level bawah kelompok radikal Islam ini dibuat untuk tidak banyak tau bahkan tidak tau apa-apa tentang apa dan bagaimana keadaan di atas mereka. Sampai artikel ini dibuat saya berani jamin hanya sangat sedikit anggota jama'ah tarbiyah bahkan yang sudah belasan tahun bergabung sekalipun yang tau bahwa Helmy Aminuddin adalah mursyid 'aam gerakan mereka dari tahun 1991-1998, apalagi untuk tau latar belakangnya.

Ketika seseorang telah didoktrin oleh jama'ah tarbiyah maka dengan serta merta ia pun kehilangan daya nalar dan pola pikir kritisnya. Yang ia tau hanya bertindak dan berbuat sesuai dengan keinginan kelompoknya dan berusaha mengapai tujuan kelompok dengan semua cara. Dan yang lebih menarik lagi adalah operasi cuci otak ini bisa dilakukan secara massal dan cepat dengan hasil yang maksimal.

Sehingga tidak heran kelompok radikal Islam Indonesia akhirnya memiliki ciri khas yang lain dari kelompok radikal islam di negara-negara lain terutama dalam hal hubungan mereka dengan militer dan intelejen. Kelompok-kelompok radikal islam timur tengah misalnya selalu berada dalam posisi vis a vis dengan militer dan intelejen. Sementara kelompok radikal Islam Indonesia justru sebaliknya, mereka justru bermesraan dengan militer dan intelejen.

Ditempatkannya mantan kepala staff Bakin menjadi pucuk pimpinan PKS sebuah partai yang didirikan jamaah tarbiyah dan kecenderungan pemihakan pada kandidat presiden dari militer memperlihatkan dengan jelas siapa sebenarnya mereka. Tapi sungguh disayangkan para pion ini tidak pernah sadar bahwa dirinya cuma pion.



---------------------------------------------------------------------------------------------

* Penulis adalah mantan Sekretaris II Badan Komunikasi Pemuda
Remaja Masjid Indonesia Wilayah Jawa Barat (2000-2003) dan
moderator mailing list wanita-muslimah@yahoogroups.com